Cerita Merdeka
Bismilliah,
Pangkal segala kebaikan,
Permulaan segala urusan penting,
Dan dengannya juga,
Kita memulai segala urusan,(Said
Nursi)
Merdeka! Merdeka! Merdeka.
59 engkau hidup, 3,540 engkau
bernafas,
siang dan malam bersilih ganti
bulan tidur matahari celik,
berzaman bahkan berabad,
Engkau ku cari, Tidak aku jumpai,
Merdeka; sebenarnya kau di mana?
Aku bingung, aku keliru,
Kau bicara kau bebas,
Kau kata kau tak terjajah,
Namun, segalanya masih tersingkap,
Semuanya belum terjawab,
Nama hanya merdeka,
Hati kau masih terpenjara,
Minda kau jua dalam sangkar
Aku perhati, Aku meneliti,
Setiap janji belum ditepati,
Terus, angin membawanya pergi,
Itu sahaja yang ku dengari,
Aku bosan, aku lelah,
ah semuanya dusta.
Tidak tumpah darah mengalir ke bumi,
Kerana jasa dan budi,
Untuk bangsa, Untuk keluarga, Untuk pertiwi,
Agamanya mesti,
Untuk semuanya itu telah aku
perjuangkan,
Harta, jasad dan waktu aku
persembahkan,
Setiap saat nafasku berhembus,
Tak sesaat aku tidak memikirkanmu
engkau wahai merdeka,
Insan bersongkok, insan bertudung,
hayatilah!
Di manakah engkau, Nasibmu masih
tidak berubah,
Engkau masih katak,
Engkau masih beratap tempurung,
Engkau penakut, Engkau pengecut,
Engkau dungu, Engkau buta mata, buta
hati,
Gah berbicara lagak laksamana, pedang
tidak ditajam,
Apatah lagi pena belum diasah,
Terikut-ikut ajaran yang tak
berpanduan,
Buku-buku tidak engkau hadam,
Madah-madah berbaris atas, bawah dan
depan tidak kau hafal,
Medrese sebagai rukun pendidikan,
Mekteb sebagai paksi pendidikan
umum,
Tekke sebagai asas lembaga sufi,
Madrasah pusat pemikiran, pusat
tarbiyyah, pusat kebajikan,
Tempat memerah idea, mencungkil
bakat, membina jati diri,
Tempat menadah ilmu, fardhu dan
kifayahnya
4 Nama berlainan walhal niat yang
sama,
Namun, tidakku rasa roh itu di sini,
tidak ada haruman 7 baris semerbak
kesturi,
Hanya, Kokongan dan paksaan,
Dendam kesumat, umpat dan kejian,
Tidak ada qaulan kariman,
Terus buluh menjadi santapan,
kata-kata kesat menjadi bacaan,
Surat-surat merah menjadi titipan,
habis semua menjadi debu-debu
bertaburan,
kau sama aku akan menjadi buih-buih
di lautan,
Pendidik,
Tanggungjawabmu mulia, anugerah
Allah tidak terhingga,
Amanah seberat bukit tinggi Yusa
Tepesi , sebesar Laut Hitam,
Sungguh, aku katakan, ikan cintakan
air,
Benar, ayam suka cacing,
Ternyata lembu dan rumput juga tak
mau dipisahkan,
Pastinya bulan dan semacam bintang
perlukan serpihan matahari,
Begitulah sang murid, berhajat sang
pendidik,
Tanpamu, murid entah ke mana,
silap2 mau boleh jadi manusia yang
bertopengkan syaitan,
Bantu dan bimbinglah,
Didiklah dengan 3 ta, tahbib, tarbiyyah
dan ta’lim
Kasihkanlah dan semailah dengan
cinta,
Bicaralah semanis kata-kata Nabi
Musa,
Berjuanglah seperti Abdullah bin
Rawahah,
Tauladanilah qudwah hasanah
junjungan besar Muhammad SAW.
Cerita merdeka tidak ada garis
penamat,
Berzaman-zaman jua disuara umat,
kalam-kalam merdeka menjadi impian,
zikir-zikir kebebasan menjadi sarapan,
ayuh semua, pelajar bitara pelajar
merdeka,
mulakan hari merdekamu dengan membaca,
semaikan hari merdekamu dengan
cita-cita,
perjuangkan hari merdekamu dengan
harapan,
pantang menyerah, usah putus asa,
ingatlah firman tuhan,
rahmat-Nya itu segeralah diusahakan
hari merdeka masih punya waktu,
jalan masih luas, lautan terbentang,
langit terbuka dan bumi menghampar
semata-mata untukmu hamba Allah,
barangkali cukup sudah, cerita
merdekaku sampai sini saja,
Nah, Bermadah untukmu, moga engkau
bisa faham dan beramal!
Doaku mengiringi kalian sampai kalian
merdeka.
Ayuh, MERDEKALAH!
Kita bakal bercerita tentang
kemerdekaan kita.
9:48 AM |
Category:
bahasa melayu
|
0
comments
Comments (0)